Review Sastra Klasik Jepang Gagal Menjadi Manusia, Dazai Osamu

Review Sastra Klasik Jepang Gagal Menjadi Manusia, Dazai Osamu

picture made by Canva

Judul : Gagal Menjadi Manusia
Penulis : Dazai Osamu
Penerbit : Penerbit MAI
Halaman : 173 Hal.
Genre : Sastra Klasik

Sekilas Isi Buku Gagal Menjadi Manusia

Buku sastra klasik Jepang yang berlatar di Jepang awal abad 19 karya Dazai Osamu ini bercerita tentang seorang pria bernama Oba Yozo yang lahir dari keluarga aristokrat yang selama hidupnya tidak pernah mengalami kesulitan hidup sekalipun. Ditandai dengan hadirnya keluarga yang menjadi penolong disetiap kesulitannya, para wanita dan juga temannya. Dia juga tidak memiliki seorang pun musuh yang berusaha menjatuhkan dirinya.

Bisa dibilang sang tokoh utama tidak pernah punya konflik eksternal selama hidupnya, dia menjalani kehidupan yang tenang dan damai. Namun konflik itu sendiri justru terjadi dalam dirinya. Dimana dia sulit memutuskan “baik” atau “buruk”, “bermoral” atau “tidak bermoral”. Hal itu menyiksa dirinya.

Selama hidupnya dia selalu dibayangi perasaan ketakutan akan manusia, merasa manusia banyak menipu manusia lainnya dengan berpura-pura. Dia akan merasa takut jika ada manusia yang menyayangi, memperhatikan dan memperlakukannya dengan baik.

Atas dasar hal itu dia menggunakan lawakan untuk menipu dirinya sendiri, hanya agar bisa berbaur dengan apa yang dinamakan “manusia” dan menyembunyikan ketakutan, kegugupan saat bertemu dengan manusia lainnya. Lantas hal itu malah menjerumuskannya, membuat kesalahan yang tidak dapat diperbaiki, menjadikannya berpikir bahwa dia sudah gagal menjadi manusia.

Pengalaman Saat Membaca Buku Gagal Menjadi Manusia

Ini pertama kalinya aku baca sastra klasik Jepang, terjemahannya juga bagus sekali. Dibuatkan pula footnote untuk menambah kejelasan para pembaca untuk memahami istilah asing. Terlihat dari hasil terjemahannya, penerbit sangat serius menggarap novel ini. Terlebih lagi ini adalah buku novel pertama yang ia terbitkan.

Ada yang menarik di bagian prolog buku ini, disebutkan ada 3 buah foto yang berisi seorang pria namun berbeda-beda umur. Yang pertama anak kecil, yang kedua remaja, dan yang ketiga orang dewasa. Yang ternyata ini ada kaitannya dengan isi cerita buku ini. Yang mana isi buku ini ada tiga bagian yaitu, catatan pertama, catatan kedua, dan catatan ketiga. Semua hal itu akan terjawab di bagian epilog.

Jadi penting sekali untuk membereskan keseluruhan isi buku. Karena masing-masing bagian saling berkaitan.

Soal tokoh utama yang jadi inti cerita buku ini, aku rasa tokoh utama di sini memang dari awal sudah terganggu mentalnya, dia cenderung bersikap membohongi diri sendiri. Dia bahkan menggunakan lawakan hanya sebagai sarana untuk beradaptasi dan menyembunyikan ketakutannya.

Karena hal itulah dia berhasil menipu orang lain kalau dia tampak baik-baik saja, bahkan dia juga menipu dirinya sendiri. Yang mana hal itu menjadi pemicu konflik internal dirinya.

Terlebih lagi buku ini diduga menjadi wasiat penulis sendiri, karena ini adalah karya terakhir sebelum dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

Ada beberapa yang merasa dirinya depresi dan bertanya “apakah aku gagal menjadi manusia?” sesaat setelah membaca buku ini, kalau aku justru malah mempertanyakan “kenapa ada orang seperti ini?”, “kenapa ada orang yang tidak peka jika dia memang sakit?”

Aku Rekomendasikan Buku Ini Untuk....

Aku merekomendasikan buku ini untuk kamu yang suka sastra klasik Jepang, untuk kamu yang ingin membaca kisah novel yang bisa menyentil hati nurani. Tapi aku tidak merekomendasikan untuk kamu yang sedang merasa "diujung tanduk" karena novel ini bisa saja malah membuatmu semakin terdorong untuk jatuh.

Review ini juga bisa didengarkan dan ditonton melalui link di bawah ini

Youtube channel Teman Buku



Spotify channel Teman Buku


Untuk review buku lainnya bisa klik menu Books
Kerjasama review dan lainnya bisa email ke ikarireads@gmail.com



Posting Komentar

0 Komentar