Dari Tuak Hingga Harang: Kuliner Mewah Para Raja dan Bangsawan Mataram Kuno

 

sajian kuliner para raja mataram kuno

Ragam kuliner ternyata bukan hanya fenomena modern, melainkan sudah ada sejak era Kerajaan Mataram Kuno. Dalam artikel ini, aku akan membahas tentang kuliner mewah yang biasa dinikmati oleh para raja dan bangsawan Mataram Kuno. Namun, jika kamu tertarik mengeksplorasi ragam kuliner modern dari Indonesia hingga mancanegara, situs kuliner attarine bisa menjadi referensi yang menarik.

Artikel ini terinspirasi dari buku Jogja Hidden Story karya Mbah KJogja, yang memuat bab hidangan di era Mataram Kuno. Membaca buku tersebut membuatku penasaran, seperti apa sajian yang disuguhkan untuk para raja dan bangsawan? Tentunya, hidangan tersebut tidak hanya kaya akan cita rasa rempah alami, tetapi juga memiliki simbolisme yang mendalam, mencerminkan status sosial dan budaya kerajaan pada masanya.

8 Hidangan Kuliner Mewah Para Raja dan Bangsawan Mataram Kuno

representasi hidangan raja mataram kuno

Hidangan mewah para raja dan bangsawan Mataram Kuno selalu identik dengan sajian berbahan dasar daging, minuman fermentasi yang menjadi keharusan dalam jamuan kerajaan, serta camilan manis istimewa yang hanya disajikan khusus untuk raja. Berikut adalah delapan hidangan yang sering disuguhkan kepada raja Mataram Kuno:

1. Tuak, Kinca, dan Legen

Tuak, Kinca dan Legen adalah minuman fermentasi yang sering disajikan di setiap jamuan kerajaan. Tuak dibuat dari fermentasi nira kelapa, sementara legen berasal dari air nira kelapa tanpa fermentasi. Sedangkan kinca merupakan minuman hasil fermentasi sari asam jawa.

Minuman-minuman ini tidak hanya menyegarkan tetapi juga memiliki nilai ritual dalam upacara kerajaan.

2. Dwadal Duren

Dwadal atau dodol durian adalah hidangan penutup manis yang populer di kalangan bangsawan Mataram Kuno. Terbuat dari durian dan gula merah, dodol ini memiliki tekstur kenyal dan rasa manis khas, mirip dengan dodol yang dikenal saat ini. Dwadal duren sering disajikan dalam acara penjamuan sebagai simbol kemakmuran dan kebahagiaan.

3. Harang-harang Kidang

Harang-harang kidang adalah hidangan daging rusa bakar yang dipotong dadu, mirip dengan sate tanpa tusuk. Daging rusa dibumbui dengan rempah seperti bawang putih, bawang merah, kunyit, merica, ketumbar, gula merah, lengkuas, jahe, dan garam, kemudian dibakar hingga matang. 

Hidangan ini melambangkan kekuatan dan keberanian, sesuai dengan karakteristik rusa sebagai hewan liar yang tangguh.

4. Knas Kyasan

Knas kyasan, atau kicik daging rusa, adalah hidangan dengan cita rasa manis yang disukai oleh raja Mataram Kuno. Daging rusa dipotong kecil-kecil dan dimasak dengan bumbu seperti bawang putih, ketumbar, gula merah, bawang merah, merica, garam, dan daun pepaya. Proses memasaknya serupa dengan kicik daging sapi dalam kuliner Jawa saat ini.

5. Kwelan Haryyas

Kwelan Haryyas adalah hidangan yang memanfaatkan batang pisang sebagai bahan utama. Pada masa Mataram Kuno, pohon pisang dimanfaatkan secara menyeluruh, tidak hanya buahnya tetapi juga batangnya. Batang pisang diolah menjadi hidangan yang kaya serat dan nutrisi, menunjukkan kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal.

6. Klaka Wagalan

Klaka wagalan, atau ikan bumbu kuah kuning, merupakan hidangan yang disebut dalam Prasasti Watukura (902 M). 

Menggunakan ikan beong sebagai bahan utama, hidangan ini dibumbui dengan rempah seperti bawang putih, bawang merah, garam, lengkuas, jahe, daun salam, lada, dan daun jeruk purut. Kuah kuningnya kaya akan rempah, mencerminkan kekayaan rasa dalam kuliner Mataram Kuno.

7. Hadangan Harang

Hadangan harang adalah sate daging kerbau yang menjadi salah satu sumber protein utama pada masa itu. Kerbau dipilih karena sapi dianggap hewan sakral. Daging kerbau dibumbui dan dibakar, menghasilkan hidangan yang lezat dan bergizi, sering disajikan dalam upacara penting kerajaan. 

8. Dundu Puyengan

Dundu puyengan adalah hidangan olahan belut yang dibakar dengan bumbu kemangi. Belut mudah ditemukan di lahan sawah pada masa itu, sehingga menjadi sumber protein yang umum. Hidangan ini memiliki aroma khas dari kemangi dan tekstur lembut dari daging belut, disukai oleh kalangan istana.

Kuliner Rakyat Era Mataram Kuno

ketan merah putih

Jika di atas adalah hidangan yang biasanya dikonsumsi para raja, ini adalah hidangan yang biasanya dikonsumsi rakyat di era Mataram Kuno. (sumber: buku Jogja Hidden Story)

1. Ketan Merah Putih

Ketan merah putih merupakan sajian yang biasa dihidangkan di hari-hari tertentu. Seperti, upacara keagamaan dan kerajaan.

Makanan ini terbuat dari ketan hitam dan putih, kelapa parut dan gula nira yang dimasak dengan direbus menggunakan wadah kelontong dari janur kuning layaknya memasak ketupat. Setelah matang dan dibuka dari kelontong, makanan ini akan membentuk warna merah dan putih.

2. Keong Sawah

Keong sawah merupakan makanan yang biasa dikonsumsi oleh rakyat menengah ke bawah. Dimasak menggunakan bumbu-bumbu seperti: serai, kunir, garam, cabe puyang, serta jeruk nipis untuk menghilangkan bau amisnya.

3. Jantung Pisang

Jantung pisang diolah dengan direbus hingga matang lalu diiris kecil-kecil. Selanjutnya, siapkan kuah dari tumbukan bumbu kencur, garam dan daun serai. Tambahkan kecambah, daun beluntas dan buah nangka. Sajian ini akan cenderung memiliki rasa pedas kecut dan asin serta kuah yang tidak kental.

4. Ikan Guramai

Ikan guramai saat itu dimasak dengan menggunakan bumbu yang terdiri dari kunyit, serai, salam, garam dan santan. Sebelum dimasak, ikan diperam dalam jeruk nipis dalam beberapa menit lalu dimasukkan kedalam bumbu yang sudah disangrai dan dimasak hingga matang.

5. Buah-buahan

Pada zaman itu ada buah-buahan yang hanya boleh dimakan oleh raja saja. Yaitu, jambu air, pisang raja, dan kelengkeng. Buah-buahan lainnya yang biasa dikonsumsi oleh rakyat, yaitu: jambu, pisang jenis lain selain pisang raja, nangka, sawo, anggur dan duku.

Kesimpulan

Di era Mataram Kuno, terdapat perbedaan jelas antara hidangan untuk raja dan rakyat biasa. Hidangan-hidangan tersebut tidak sekadar memenuhi kebutuhan nutrisi, tetapi juga sarat dengan simbolisme, makna budaya, dan mencerminkan status sosial.

Setiap sajian mencerminkan kekayaan alam serta kearifan lokal dalam memanfaatkan bahan pangan yang tersedia. Hal ini sekaligus menunjukkan tingginya peradaban kuliner pada masa itu.


Posting Komentar

0 Komentar