Judul: Inilah Resensi
Penulis: Muhammad M. Dahlan
Penerbit: R.Boekoe
Tebal Buku: 256 Halaman
Dua proklamator kemerdekaan Indonesia, Sukarno dan Mohammad Hatta, memiliki sebutan lain untuk resensi buku. Sukarno menyebut “tilikan” atau mengamati dan memeriksa secara sungguh-sungguh suatu buku. Praktik menilik itu memang terasa saat membaca resensi-resensi buku yang dihasilkan Sukarno. Sementara, Hatta menyebut praktik meresensi buku dengan “kupasan” atau menganalis, mengulas, dan mengurai.
Memang, dua nama itu, Sukarno dan Hatta, adalah juga peresensi/penilik/pengupas buku. Keduanya adalah dua dari puluhan nama yang disebut dalam buku ini yang menjadikan bacaan sebagai kancah berdialog dan berdialektika dengan cakrawala dunia lewat praktik meresensi. Buku ini, oleh karena itu, menjadi bagian tidak terpisahkan dalam praktik membaca dan menuliskan apresiasi atas apa yang sudah dibaca.
Di satu sisi, buku ini menjadi panduan bagaimana menulis sebuah resensi atas buku yang dibaca. Namun, di sisi lain, buku ini memperlihatkan bagaimana bersiasat dalam membaca buku dengan tidak terpisahkan dari praktik masa silam. Rekaman atas resensi-resensi dari publikasi masa silam membuat buku panduan ini menjadi berenergi dan menggugah.
Mau belajar meresensi Buku? Mari cari tahu dari buku ini.Awalnya aku pikir buku ini akan full mengupas bagaimana caranya meresensi dengan baik secara teoritis agar resensi kita bisa masuk ke rubrik koran atau setidaknya bisa diterima khalayak banyak. Tapi ternyata tidak seperti itu.
Review Singkat Inilah Resensi. Muhidin M. DahlanMari aku jabarkan secara singkat.
Di bagian 1 kita akan disuguhi beberapa Tokoh Bangsa diantaranya Pak Soekarno dan Pak Moh. Hatta yang pernah menulis resensi dengan istilah penyebutan yang dipakainya. Ada yang menyebut resensi sebagai tilikan dan kupasan.Di bagian 2 mulai masuk ke sejarah resensi, di mana sebuah resensi bisa membuat sebuah buku ditarik dari peredaran dan menciptakan perdebatan.
Di bagian 3 barulah kita diberi tips bagaimana membuat resensi agar resensi kita menarik dengan berbagai opsi. Dari sini kita dihimbau agar mencari tahu gaya meresensi kita.
Dengan gaya bahasa yang baku, aku jadi merasa sedang membaca modul kuliah. Haha. Tapi disamping itu banyak sekali yang bisa diambil di setiap halamannya. Di setiap akhir bab ada tips singkat meresensi buku dari penulis.
Betapa terkejutnya aku karena mengetahui kalau jaman dulu resensi bisa menjadi satu buku yang utuh. Dan ada salah satu tokoh bangsa yang meresensi buku dengan mengaitkan satu buku dengan buku lainnya. Belum lagi tentang resensi bisa menjadi perdebatan sengit di antara peresensi dan penulisnya dan perdebatan ini dimuat di koran. Kalau jaman sekarang debatnya di kolom komentar kali ya. 😅
Contoh-contoh resensi yang dimuat di buku ini banyak sekali. Kita bisa belajar cara meresensi dari sana dan merangkumnya agar sesuai dengan gaya kita.
0 Komentar