Review Buku Sumur Karya Eka Kurniawan, Kisah Cinta Tidak Biasa

 

Disclaimer : Blog post ini merupakan perpanjangan dari review yang ada di youtube. Jika tidak ingin repot membaca, bisa langsung saja tonton video dengan klik play pada video di atas.

Novel 'sekali duduk' merupakan sebutan untuk novel atau buku yang dapat dibaca kurang dari satu jam saja. Sebutan seperti ini biasanya untuk novel atau buku dengan jumlah halaman kurang dari 100 halaman. Tipis dan punya bahasan yang ringan. Salah satu rekomendasi novel 'sekali duduk' dari aku adalah buku 'Sumur' karya Eka Kurniawan. Sebuah cerpen tentang sumur dan kisah cinta yang menyertainya.

Sinopsis Buku Sumur

Semenjak sekolah dasar Toyib dan Siti sudah merasakan ketertarikan satu sama lain, mereka jatuh cinta. Pada suatu hari, masing-masing dari ayah mereka melakukan duel sengit. Keduanya memperebutkan sumber mata air untuk menghidupi pertanian masing-masing. Namun, salah satu dari mereka terbunuh. 

Setelah kejadian naas tersebut, Toyib dan Siti harus berpisah. Masing-masing dari mereka menyimpan dendam dan rasa bersalah.

Kini sumber air satu-satunya desa itu adalah sumur. Sumur yang merupakan sumber kehidupan mereka dan satu-satunya tempat yang bisa mempertemukan sepasang kekasih ini kembali.

Kesan Setelah Membaca Buku Sumur

Selalu ada kesan setiap selesai membaca buku, tidak terkecuali dengan buku 'Sumur' yang super tipis ini. 

1. Cover

Menurutku cover buku Sumur ini sangat pas dengan isi dari bukunya. Sepasang sejoli bertemu kembali di Sumur yang merupakan sumber kehidupan mereka. Mereka nampak canggung. Sementara disekitarnya banyak pohon kering yang menunjukkan krisis air.

2. Isi cerita dan gaya bahasa

Kisah Toyib dan Siti ini menurutku sangat realistis. Jika terjadi di dunia drama, akhir kisah mereka sudah tentu akan happy ending. Namun, pada kisah ini pembaca dibuat berpikir pada dua sisi hitam dan putih. Keduanya punya sisi baik dan buruk tergantung dari pembaca mau memilih yang mana. Semacam ketika kita dilanda kesialan seperti diputusin pacar tampan dan kaya tapi posesif (mungkin?), kita akan dibuat berpikir apakah hal tersebut sebenarnya sebuah kesialan atau keuntungan.

Gaya bahasa yang dipakaipun sangat khas Eka Kurniawan, sarkas. Sejujurnya, aku menyukai novel-novel Eka Kurniawan karena gaya bahasanya yang sarkas ini (hehe).

3. Ilustrasi dan jumlah halaman

Seperti yang sudah disebutkan di atas, buku ini tipis dan dapat dibaca dalam 'sekali duduk'. Tapi tahukah kamu, buku ini merupakan sebuah cerpen yang dibukukan. Ceritanya sangat pendek. Karena jika kita lihat lagi, buku ini punya lumayan banyak ilustrasi, jumlah halaman yang sedikit dan font tulisan yang besar. Jika kita ubah formatnya ke format novel biasanya, akankah jumlah halaman buku ini cuma 2-3 halaman saja?

Poin Kesimpulan

Untuk buku kali ini aku membuat beberapa poin kesimpulan. 

  1. Buku sekali duduk
  2. Gaya bahasa sarkas khas Eka Kurniawan
  3. Menyinggung soal menjaga alam
  4. Kisah cinta yang tidak biasa
  5. Sumur menjadi saksi bisu kisah cinta tragis

Aku rasa review untuk buku Sumur ini cukup sampai di sini. Aku rekomendasikan untuk teman-teman yang ingin memulai membaca karyanya Eka Kurniawan. Rata-rata pembaca yang ingin mengenal karya Eka Kurniawan mulai membaca Cantik Itu Luka, padahal buku tersebut punya kisah yang lebih keras. Untuk itu, sebaiknya mulailah dengan membaca buku 'Sumur' ini. 

Terima kasih sudah membaca, jika kamu perlu sesuatu seperti tawaran kerjasama, jasa content writer murah, bisa menghubungi email di nurhayati.irma20@gmail.com untuk informasi lebih lanjut.

Posting Komentar

0 Komentar