Kesulitan Ibu Rumah Tangga Pekerja Freelance

kesulitan ibu pekerja freelance


Halo pembaca teman buku semuanya.
Kali ini aku mau share tentang kesulitan ibu rumah tangga sebagai pekerja freelance, dan yang paling dirasakan selama ini adalah kurangnya waktu untuk tidur. Begadang menjadi kebiasaan jelek sehari-hari yang terpaksa dilakukan untuk menyelesaikan deadline pekerjaan.

Begadang memang tidak baik, tapi disaat begadang atau tidak begadang sudah tidak jadi pilihan, itu yang sulit. Mari kita mulai cerita lengkapnya ya.

Dulu vs Sekarang

Kalau diingat-ingat lagi nih ya, jaman masih single itu adalah jaman penuh me-time. Mungkin karena aku dulu gak berpikir sejauh itu ya dalam hal finansial dan masih berpikir bahwa 'hidup itu ya dibiarkan mengalir aja, rezeki udah ada yang mengatur, gak usah terlalu over'. Tapi, sekarang, setelah menikah baru deh kerasa banget. 

Sekarang, ingin kerja aja mikir 2x. Bayi gak ada yang jagain, mau minta jagain ke mertua dilarang suami, mau minta suami jagain, dia juga harus kerja, dan masih banyak lagi. Lalu bagaimana caranya biar aku tetap bisa punya uang sendiri? Akhirnya memilih bekerja freelance/remote.

Kerja freelance dan segudang kesulitannya

Satu-satunya pekerjaan yang diperbolehkan suami adalah bekerja secara freelance. Alasannya karena aku akan tetap berada di rumah, dan aku pun tidak perlu repot mencari pengasuh bayi. Selain itu juga gak perlu repot terkena drama pengasuh yang mangkir masuk. Beneran, deh! Drama pengasuh ini yang paling banyak dikeluhkan para mama muda.

Tapi nih tapi, bekerja freelance juga bukan berarti enak dan nyaman lho ya. Nih, aku kasih tahu kenapa aku bilang kalau kerja freelance juga punya kesulitannya sendiri. 

1. Ngatur waktu

Kalau freelance per project, kita bisa lebih enak ngatur waktunya. Misalnya, bisa kerja pas anak lagi tidur siang, atau anak lagi sekolah (kalau udah sekolah). Yang gak enak adalah ketika anak gak mau tidur siang, akhirnya ya aku harus mengalah dong dan bekerja malam harinya. Artinya, waktu tidur dikorbankan, waktu istirahat berkurang. Hal itu sebenarnya gak baik buat kesehatan fisik dan psikis. Kenapa? karena kamu akan rentang terserang stress, akhirnya jadi sering marah-marah, sensitif, dan mood swing. Kalau udah begini, yang gak enak bukan cuma kamu aja, tapi suami dan anak juga.

2. Keseringan begadang

Karena waktu di siang hari sibuk sama pekerjaan rumah dan anak yang terkadang rewel, akhirnya cari waktu bekerja di malam hari. Kerja malam kayak gini, nih, yang bikin gak sehat dan gampang stress karena kita harus begadang sepanjang malam. Bahkan aku bisa gak tidur sehari penuh dan baru bisa tidur besok malamnya. Hal ini karena rutinitas yang saling menyambung ke pagi hari keesokan harinya. Ditambah anak yang gak mau tidur siang, harus menjalankan rutinitas sore hari dan kembali begadang untuk bekerja di malam harinya. Benar-benar rutinitas yang gak sehat.

3. Kesal sama omongan orang

Ini nih, udah capek sama bocil, malem begadang kerja, terus dengerin omongan orang yang ngeremehin kerjaan freelance nyambi IRT. Paling sering denger itu omongan kayak begini, "enak ya kerjanya freelance, bisa kerja dari rumah sambil ngasuh". Hmmm. Anda tidak tahu saja kisanak, bahwa saya sudah hampir gila karena sering begadang bahkan sampai tidak tidur semalaman. 

4. Dikejar deadline

Nah, yang paling menguras emosi lainnya adalah dikejar deadline. Bayangin aja, udah bocil gak mau kompromi tidur siang, ngajak main terus, berantakin mainan, harus nyiapin makan, beres-beres, deadline gak kelar, belum rewelnya, ya gitulah banyak yang bikin stressnya. 

5. Mati lampu

Ini nih yang bikin hampir gila nih. Mati lampu. Pernah aku lagi kondisi, udah gak tidur semaleman, dikejar deadline, bocil rewel. Udahlah rasanya pengen meninggoy aja. Tapi ujung-ujungnya ya minta maaf ke klien dan minta diperpanjang 1 hari deadlinenya, dan tentunya dengan alasan yang logis juga. Kelar ijin, acc, tidur deh pules. Tapi ya balik lagi, gak mungkin kan minta ijin extend deadline terus.

Itulah sekilas gak enaknya jadi freelancer merangkap ibu rumah tangga. Dari dulu aku udah tekankan bahwa IRT itu pekerjaan, karena udah gak bisa disambi yang lain. Kerjaannya bisa full seharian udah kayak orang ngantor, bahkan sebenarnya harus lembur juga kan kalau setrikaan lagi banyak. Tapi, balik lagi, kalau gak kerja rasanya gak berdaya. 

Semangat ya untuk kamu, ibu muda, yang juga punya masalah yang sama dengan aku. Semoga postingan kali ini bisa membuat kamu tidak lagi merasa sendiri, karena ada ibu lain yang juga memiliki pengalaman yang sama. 

Baca juga cerita aku yang lain ya...

Posting Komentar

0 Komentar