Jejak Langkah merupakan buku ketiga dari rangkaian tetralogi buru karya Pramoedya Ananta Toer. Novel ini melanjutkan kisah Minke akan perjuangannya dalam membela rakyatnya dari kekejaman kolonial.
Mari kita langsung saja ke sinopsis dan review buku ketiga dari tetralogi buru yaitu, novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer.
Sinopsis Jejak Langkah
Minke melanjutkan sekolahnya di sekolah kedokteran STOVIA yang ada di Batavia. Selama mendapatkan pendidikan kedokteran, Minke mendapatkan beasiswa dan uang saku dari Gubermen.
Namun, karena jiwa Minke yang bebas, Minke merasa terkekang dengan segala peraturan yang ada di sekolah tersebut.
Kedatangannya ke Batavia juga mengantarkan Minke bertemu dengan putri TiongHoa bernama Ang San Mei yang kemudian menjadi istrinya. Namun, umur Ang San Mei ternyata tak lama. Setelah kepergian Ang San Mei, Minke keluar dari STOVIA.
Di sini, minke pun masih berusaha mencari cara untuk membela rakyatnya, dan bertemulah dia dengan Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Dr. Wahid memberi semangat kepada Minke untuk berorganisasi sebagai upaya untuk membela rakyat dari kolonialisme.
Dibantu oleh Nyai Ontosoroh, Minke mendirikan organisasi bernama Syarikat Priyayi dan sebuah media koran bernama Medan Priyayi sebagai satu-satunya koran berbahasa melayu pada saat itu.
Minke juga bertemu dengan Prinses Kasiruta dan meminangnya. Bersama dengan istrinya, Minke menerbitkan tulisan-tulisan yang berisi kritikan dan keluhan terhadap apa yang dialami pribumi saat itu.
Namun ternyata karena media koran dan organisasi Minke sangat terkenal seantero Hindia Belanda, Minke menjadi sorotan pemerintah kolonial dan harus selalu waspada.
Review Jejak Langkah
Jika dibandingkan dengan novel Anak Semua Bangsa, novel ini justru lebih seru meskipun ceritanya lebih rumit. Politik yang diceritakan di buku ini memang sangat rumit.
Aku melihatnya seperti, Minke harus berusaha menahan gejolak politik dari pribumi itu sendiri demi menghindari pertikaian dengan pemerintah kolonial. Tapi memang gak mudah, bahkan Minke sendiri pada akhirnya menjadi korban.
Aku sendiri menafsirkan kenapa novel ini dinamai “Jejak Langkah”, itu karena Minke yang membuat jejak langkah dalam perjuangan pribumi itu sendiri. Dimana ketika pribumi tidak punya media apapun, Minke membuatnya. Ketika pribumi tidak memiliki media apapun untuk menyampaikan keluhannya, Minke menyediakannya. Minke menjadi pelopor bagi bangsanya dalam bidang jurnalis.
Buat kamu yang masih bingung sebenarnya Minke itu ada gak ya di dunia nyata? Ada guys, Minke adalah Bapak Pers Nasional kita yaitu Raden Tirto Adhi Soerjo.
Kalau kamu cek profilnya, timeline kehidupan Raden Tirto ini mirip sekali dengan Minke. Ini karena sebenarnya Pak Pram memang menuangkan kisah hidup Raden Tirto di tetralogi buru ini.
Jadi segitu dulu aja sinopsis dan review dari novel Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini setidaknya harus kamu baca sekali seumur hidup agar kamu tahu tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah yang dilakukan lewat tulisan.
0 Komentar