Review Novel Klasik Catatan dari Bawah Tanah - Fyodor Doestoyevski

 

Catatan dari Bawah Tanah - Fyodor Doestoyevski

Buku yang kali ini aku review adalah novel klasik dari Rusia berjudul Catatan dari Bawah Tanah karya Fyofor Doestoyevski. Buku ini sempat direquest oleh salah satu teman di YouTube.

Sedikit informasi, karya klasik satu ini ditulis di tahun 1864 dan dianggap sebagai salah satu novel eksistensialis pertama dari Rusia di masa Pra-Reformasi.

Mari kita langsung saja ke sinopsis novella Catatan dari Bawah Tanah.

Sinopsis Catatan dari Bawah Tanah

Sinopsis Catatan dari Bawah Tanah

Sinopsis yang aku dapat dari penerbit adalah sebagai berikut:

Buku berjudul Catatan dari Bawah Tanah ini membisikkan suara manusia yang telah menarik diri dari lingkungan masyarakat setelah mengorbankan cinta dan bakatnya. 

Karya sastra yang menyoroti relung-relung kejiwaan secara falsafi ini menampilkan tokoh seorang pemuda yang peka yang merasakan adanya penolakan dari lingkungan kehidupannya, padahal pemuda tersebut merasa jika dirinya lebih unggul di dalam inteligensi. 

Karena kehilangan daya untuk mencintai dan dicintai tersebutlah, pemuda tersebut kemudian mengorbankan cita-citanya dengan tujuan despotisme.

Review Catatan dari Bawah Tanah

Review novel Catatan dari Bawah Tanah

Sekarang kita masuk ke review dari novel Catatan dari Bawah Tanah. Novel ini aku baca melalui iPusnas dan iJogja. Bagi yang belum tahu, kedua aplikasi ini adalah aplikasi perpustakaan online yang dikelola oleh perpusnas dan perpus daerah Jogja.

Kita bisa meminjam buku secara gratis, dalam bentuk ebook tentu saja, dengan durasi sekitar 1 minggu kalau gak salah. Jika sudah 1 minggu, buku otomatis kembali ke rak perpus online. Jika mau baca lagi, kita bisa pinjam lagi dan kembali membaca dalam durasi 1 minggu ke depan.

Semuanya GRATIS!

Oke, kembali ke review Catatan dari Bawah Tanah.

Sesungguhnya, aku agak sulit memahami novel klasik. Apalagi novel klasik ini berisi narasi monolog dengan tokoh utama tanpa nama, yaitu “Aku”. Bahasanya penuh dengan kata-kata filosofis bak filsafat dengan kerumitan yang menurutku “wow”. Memaksa pembacanya untuk berpikir lebih keras, tentang sosok “Aku” si manusia bawah tanah.

Buku ini terbagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama, berisi pemikiran rumit dari tokoh “Aku” saat usianya sudah menginjak 40 tahun. Sedangkan bagian kedua, berisi kisah tokoh “Aku” saat usianya masih 20 tahun.

Agar lebih mudah, kita bagi pembahasan menjadi dua.

Bagian pertama - rumitnya pemikiran tokoh Aku

Di bagian pertama ini, tokoh “Aku” mencoba menyampaikan pemikirannya tentang hidup, bagaimana dia melewati masa mudanya, yang dengan sadar mengatakan bahwa dia bertingkah menjengkelkan, bahkan sekarang pun dia begitu.

Sebagai pembaca, aku dibuat menebak-nebak dengan apa yang dipikirkan si tokoh aku ini. Terkadang aku berpikir dia orang yang kejam, kemudian merasa kasihan, dan terakhir merasa jengkel. Terkadang bijak, terkadang juga aku merasa dia konyol.

Dalam kaca mata aku sebagai pembaca, aku juga melihat tokoh utama sebagai orang yang anti sosial, angkuh, sombong, iri, dengki, dan terakhir, rendah diri. Tapi dia juga pintar, memahami hak-hak dasar manusia, dan juga bijak.

Dia juga mempertanyakan soal kehendak bebas manusia. Begini narasinya:

"Dan karena semua pilihan dan akal dapat dihitung-karena suatu hari nanti orang akan menemui hukum-hukum dari apa yang kita sebut kemauan bebas-dan oleh karena itu, lepas dari segala olok-olok, Pada suatu hari akan ada semacam tabel yang disusun untuk kepentingan itu sehingga kita bisa memilih sesuai dengan itu."

Tokoh aku mulai mempertanyakan soal baik dan buruk. Seperti kenapa penderitaan jelek atau kebahagiaan bagus. Padahal bisa saja ada manusia yang suka dengan penderitaan. Begini narasinya, 

“Kenapa Anda yakin dengan begitu kuat dan megah bahwa hanya yang wajar dan positif-artinya hanya yang sesuai dengan kesejahteraan-yang menguntungkan manusia? Apakah akal yang khilaf tidak menguntungkan? Bukankah manusia mungkin sekali mencintai sesuatu kecuali kesejahteraan? Siapa tahu ia juga senang pada penderitaan. Siapa tahu penderitaan baginya sama menguntungkannya seperti kesejahteraan.”

Sepanjang bagian 1, dia berbicara soal dirinya sendiri, berasumsi dengan pikiran orang lain, lalu dijawab sendiri dan jengkel sendiri. Meski pada awalnya dia secara filosofis ingin hidup sederhana tapi di sisi lain dia juga ingin hidup yang lebih baik dari saat ini. 

Pikirannya sungguh rumit. Dia merasa bahwa dia seharusnya hidup senang sebagai orang berpendidikan tapi malah hidup miskin dan terbuang.

Dia juga mengatakan bahwa dia sakit, tapi sakit psikis, bukan fisik. Dia sadar akan hal itu, tapi dia sendiri bingung akan hal ini.

Bagian kedua - masa lalu tokoh Aku

Di bagian kedua, kita akan disuguhkan cerita masa lalu dari tokoh aku saat dia masih berumur 20 tahun. Bagaimana dia menjalani kehidupan karirnya, pertemanannya, bahkan percintaannya.

Tapi, seperti yang sudah aku sebutkan tadi. Tokoh Aku ini sudah lama menarik diri. Bahkan dari pergaulan kantornya. Meskipun memang dia juga ingin merasakan persahabatan yang hangat, dia merasa tidak bisa melakukannya.

Suatu hari dia terobsesi dengan seorang perwira yang tidak sengaja menabraknya di sebuah klub malam. Dia merasa marah, membuntuti perwira itu dengan tujuan balas dendam, yang dia rasa juga konyol, tapi dia puas akan hal itu. Meski begitu, pikiran liarnya tetap mendambakan sebuah persahabatan yang hangat antara dia dan perwira.

Belum lagi, dengan teman-teman sekolahnya. Dia ingin dianggap, diajak ke pesta perayaan apapun. Tapi sekalinya diberi kesempatan, dia tetap bersikap arogan, berkata kasar, dan membuat semua orang tidak nyaman.

Tapi meski begitu, dia tetap berpikir untuk meminta maaf agar pertemanannya tetap terjaga. Dia menulis surat yang lagi-lagi dengan bahasa yang arogan. 

Dia bertemu dengan seorang perempuan, berusaha berkata bijak, memberikan pengharapan, dan lagi-lagi berakhir tidak baik karena arogansi dan kekonyolan dirinya sendiri. Lalu dia berfilsafat bahwa dia begitu karena memang mengorbankan cinta.

Dia merasa bahwa dirinya lebih unggul dari orang lain dalam hal intelegensi dan seharusnya orang lain itulah yang memuja dia, termasuk dalam hal cinta.

Tapi dia juga sadar dan merasa konyol dengan tingkahnya. Dia juga tahu kalau dia itu menjengkelkan.

"Aku seorang jahat, karena aku cacing menjengkelkan, paling bodoh, paling edan, paling dengki di antara semua cacing di bumi ini.”

Kesimpulan

Novel Catatan dari Bawah Tanah ini menurutku termasuk novel yang berat, karena kita sebagai pembaca tidak hanya diminta untuk memahami pemikiran rumit tokoh utama, tapi juga terkadang diminta untuk refleksi diri. Merenungi segala sesuatu dalam hidup dari kacamata tokoh aku.

Karena bisa saja, pemikiran tokoh Aku ini ada di diri kita sendiri. Terkadang kita merasa tidak adil dengan hidup ini, merasa rendah diri, dan terkadang juga menarik diri.

Kalau ditanya, “jadi, siapa tokoh aku ini?” Tidak ada. Karena bisa saja, aku, kamu atau penulisnya sendiri.

Jadi sekian review Catatan dari Bawah Tanah karya Fyodor Doestoyevski. Semoga puas dengan review kali ini, dan mohon maaf jika banyak kurangnya. 

Membaca dan merenungi karya klasik memang tidak bisa cuma sekali. Tapi aku di sini berusaha untuk membuat review buku ini dengan hanya 1x baca.

Jujur, kalau diminta untuk review buku satunya lagi, yang berjudul malam putih, aku skip dulu deh. Hahahahaha. 

Tonton Review Catatan dari Bawah Tanah di YouTube




Posting Komentar

0 Komentar