Dinasti Kerajaan Sunda: Siapa Setara dengan Dinasti Syailendra?

 

Dinasti Kerajaan Sunda: Siapa Setara dengan Dinasti Syailendra?

Bicara soal dinasti besar di Nusantara, Syailendra sering jadi primadona. Punya pengaruh kuat, meninggalkan warisan seperti Candi Borobudur, dan dikenal menguasai kawasan luas di Jawa dan Sumatra. Tapi bagaimana dengan Kerajaan Sunda? Adakah dinasti yang bisa dianggap setara dalam sejarahnya?

Meski jarang dibicarakan dalam buku pelajaran, sejarah Sunda juga menyimpan nama-nama dinasti kuat meski tak sepopuler Syailendra. Kali ini, mari kita kenali siapa saja dinasti yang membentuk akar Kerajaan Sunda, dan apakah mereka layak disandingkan dengan Syailendra?

Menelusuri Dinasti dalam Sejarah Sunda

Kerajaan Sunda tak bisa dilepaskan dari kerajaan Tarumanegara (abad ke-4 hingga ke-7 M). Nah, dari Tarumanegara inilah muncul benih dinasti yang melanjutkan kekuasaan di Tatar Sunda.

1. Dinasti Tarusbawa

Raja Tarusbawa, yang memerintah pada abad ke-7, dikenal sebagai pendiri Kerajaan Sunda setelah runtuhnya Tarumanegara. Ia dianggap sebagai dinasti pertama dalam sejarah Kerajaan Sunda klasik.

Nama Tarusbawa memang tidak punya warisan semegah Candi Borobudur, tapi ia punya satu kekuatan utama: transisi damai dan kelanjutan budaya dari kerajaan Hindu-Buddha menjadi sistem kerajaan yang lebih lokal dan khas Sunda.

2. Dinasti Pakuan

Puncak kejayaan Kerajaan Sunda ada di masa Kerajaan Sunda-Galuh, khususnya saat ibu kota berada di Pakuan Pajajaran (sekitar abad ke-14 hingga ke-16). Di masa ini, raja-raja seperti Sri Baduga Maharaja (yang disebut dalam Prasasti Batutulis) dianggap sebagai pemimpin besar yang membawa stabilitas dan kemakmuran.

Dinasti Pakuan tidak membangun candi megah, tapi mereka memperkuat sistem sosial, ekonomi, dan budaya yang tahan lama. Legenda, hukum adat, dan sistem pemerintahan lokal yang rapi, itu warisan mereka.

Mengapa Dinasti Sunda Tidak Terlihat Sehebat Syailendra?

Pertama, soal dokumentasi sejarah. Banyak sejarah Sunda ditulis dalam naskah lokal atau tradisi lisan, tidak seterbuka atau sebanyak prasasti batu seperti milik Syailendra. Akibatnya, secara historiografis, kerajaan Sunda sering "kalah pamor".

Kedua, orientasi budaya. Dinasti-dinasti Sunda lebih menekankan kesederhanaan, keberlanjutan adat, dan kehidupan agraris ketimbang kekuatan militer atau proyek besar nan monumental. Gaya kepemimpinannya pun lebih bersifat protektif ketimbang ekspansif.

Jadi, Apakah Ada yang Setara?

Jika dilihat dari ukuran kejayaan fisik dan pengaruh politik lintas wilayah, Dinasti Syailendra memang unggul. Tapi kalau melihat stabilitas jangka panjang, kesinambungan budaya, dan keberhasilan mempertahankan identitas lokal, Dinasti Pakuan dan Tarusbawa tak bisa dianggap kecil.

Mereka membentuk kerangka sosial budaya masyarakat Sunda hingga hari ini. Nilai-nilai seperti silih asah, silih asih, silih asuh bukan sekadar etika masyarakat, tapi juga warisan kepemimpinan.

Bukan Soal Siapa Lebih Hebat

Membandingkan dua dinasti di dua wilayah berbeda seperti membandingkan apel dan jeruk. Dinasti Syailendra bermain di panggung besar politik Jawa dan Sumatra. Sementara dinasti Kerajaan Sunda fokus pada kekuatan internal, budaya lokal, dan kelestarian masyarakatnya.

Mereka beda medan, beda visi, beda gaya. Tapi dua-duanya penting. Sama seperti sejarah Nusantara yang tak hanya ditulis dari pusat kekuasaan, tapi juga dari pinggiran yang bertahan dalam diam.


Baca pembahasan menarik lainnya di Readpedia.

Posting Komentar

0 Komentar