Kenapa Kerajaan Sunda Tak Meninggalkan Candi Seperti Majapahit?

 

Kenapa Kerajaan Sunda Tak Meninggalkan Candi Seperti Majapahit?

Ketika bicara tentang warisan peradaban masa lalu, Jawa Timur dan Jawa Tengah punya Borobudur, Prambanan, dan Candi Penataran yang megah. Tapi, bagaimana dengan Kerajaan Sunda? Mengapa tak banyak ditemukan candi atau struktur monumental dari kerajaan yang pernah berjaya di wilayah barat Pulau Jawa ini?

Artikel ini akan membahas faktor-faktor historis, geografis, hingga budaya yang menjadi penyebab minimnya peninggalan berupa candi dari Kerajaan Sunda jika dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa bagian tengah dan timur.

Faktor Geografis: Bahan Bangunan yang Tak Tahan Lama

Salah satu alasan utama adalah perbedaan bahan bangunan. Kerajaan Sunda, terutama pada masa Sunda-Galuh dan Pajajaran, membangun banyak bangunan dari bahan alami seperti kayu dan bambu. Di sisi lain, kerajaan seperti Majapahit dan Mataram Kuno menggunakan batu andesit atau bata merah yang jauh lebih tahan waktu dan cuaca.

Wilayah barat Jawa juga lebih basah, dengan curah hujan tinggi, yang mempercepat pelapukan bangunan berbahan kayu. Jadi meskipun dahulu ada bangunan penting, sebagian besar telah hilang termakan waktu dan iklim tropis.

Tradisi Arsitektur dan Kepercayaan yang Berbeda

Kepercayaan spiritual masyarakat Sunda juga memengaruhi gaya arsitektur. Tidak seperti budaya Jawa Tengah yang kuat dengan ajaran Hindu-Buddha bercorak monumental, masyarakat Sunda cenderung mengembangkan spiritualitas yang menyatu dengan alam.

Hal ini terlihat dari bagaimana situs-situs seperti Gunung Padang atau Situs Kabuyutan (seperti di Ciburuy atau Cangkuang) menjadi tempat sakral. Bangunan besar tidak menjadi simbol kekuasaan, melainkan alam itu sendiri yang dianggap sakral.

Politik dan Stabilitas: Sunda Lebih Terpencil dari Pusat Kekuatan

Kerajaan Sunda secara geografis lebih jauh dari pusat-pusat kekuasaan besar seperti Mataram atau Majapahit. Akibatnya, kerajaan ini tumbuh dengan cara yang berbeda, lebih terpencil dan tidak memiliki ambisi besar untuk ekspansi atau unifikasi budaya seperti Majapahit.

Selain itu, tidak banyak catatan soal proyek-proyek besar pembangunan infrastruktur oleh raja-raja Sunda. Hal ini bisa jadi karena kerajaan lebih fokus pada pertanian, perdagangan lokal, dan kebudayaan lisan.

Kerusakan Akibat Kolonialisme dan Perang

Tidak sedikit situs peninggalan Sunda yang rusak atau hilang akibat perang dan kolonialisme. Ketika VOC datang, banyak situs bersejarah yang tidak dilestarikan. Bahkan sebagian hancur karena konflik atau diabaikan sebagai “tidak penting” oleh sistem kolonial yang lebih fokus pada pusat-pusat ekonomi seperti Batavia.

Warisan Sunda: Bukan Candi, Tapi Tradisi

Meski tak meninggalkan candi besar, bukan berarti Kerajaan Sunda tak meninggalkan warisan budaya. Naskah kuno seperti Carita Parahyangan, Babad Pajajaran, dan manuskrip Sunda Kuno menjadi bukti peradaban tinggi di masa lalu. Selain itu, sistem kebudayaan seperti kabuyutan, tradisi tutur, dan struktur sosial yang khas menjadi warisan tak kalah penting.

Menengok Situs Penting: Cangkuang dan Gunung Padang

Dua situs penting yang sering dikaitkan dengan masa Sunda Kuno adalah:

Candi Cangkuang: Candi Hindu kecil di Garut, satu-satunya candi yang ditemukan di wilayah Tatar Sunda, menjadi bukti bahwa memang ada pengaruh Hindu di masa lalu, meski skalanya kecil.

Gunung Padang: Situs megalitikum yang diperkirakan jauh lebih tua dari Borobudur, sering disebut sebagai bukti awal peradaban di tanah Sunda, meski belum secara definitif dikaitkan dengan Kerajaan Sunda Galuh.

Sunda dalam Perspektif Sejarah

Sejarah Kerajaan Sunda tak bisa dilihat dengan kacamata struktur bangunan saja. Warisan Sunda lebih bersifat kultural dan naratif, dan ini terlihat dari kelestarian bahasa, sastra, serta identitas masyarakatnya hingga kini.

Masyarakat Sunda tetap eksis dan kuat dalam identitasnya, meski tak punya peninggalan monumental seperti Borobudur. Dalam hal ini, warisan Sunda adalah hidupnya budaya dan bahasa, bukan sekadar struktur batu.

Refleksi: Warisan Tak Selalu Berbentuk Batu

Ketika membandingkan warisan kerajaan-kerajaan di Indonesia, penting untuk menyadari bahwa tidak semua peradaban memilih cara yang sama untuk meninggalkan jejaknya. Jika Majapahit punya candi dan prasasti batu, Sunda punya naskah, tradisi, dan kearifan lokal yang hidup.

Dan siapa tahu, masih banyak situs sejarah Sunda yang belum tergali atau ditemukan. Waktu dan riset bisa membuka kembali tabir sejarah yang selama ini tersembunyi di balik rimbunnya pegunungan barat Pulau Jawa.

Posting Komentar

0 Komentar