Hari ini aku mau share sebuah cerita tentang bagaimana aku mengembangkan blog ini. Jujur, blog ini tuh udah banyak perubahan. Yang awalnya pakai wordpress, trus ganti ke blogger. Sempet gonta ganti tema, gonta ganti menu navigasi, sampai ke dua hari terakhir, gonta ganti label untuk setiap postingan blog.
Aku juga sempat menyerah untuk mengembangkan blog ini, sampai pada suatu titik aku dapat penghasilan melalui orderan backlink dari seedbacklink. Se-happy itu, meskipun aku masih bergumul dengan rasa malas yang bergelut dengan rasa ingin duit. Hahaha.
Tapi aku tidak menyerah disitu saja, karena, darimana lagi aku bisa mendapatkan uang kalau bukan dari blog? Bekerja di luar tidak memungkinkan, bekerja di rumah sudah tidak sanggup, yang pada akhirnya, mempertahankan yang ada. Tetap mengembangkan blog yang view hariannya aja masih belum sampai 1000 view per hari.
Dua Hari, Ratusan Klik, dan Sebuah Punggung yang Pegel
Dua hari terakhir ini, aku seperti editor blog yang lagi dikejar deadline. Bukan nulis artikel, tapi ngulik isi blog ikarireads ini dari ujung ke ujung.
Mulai dari nyusun ulang menu utama, ngelompokkin 347+ artikel ke kategori yang tepat, sampai harus ngedit satu per satu label postingan yang selama ini udah campur aduk seperti laci kabel. Ngedit label postingan ini nih, yang bikin pinggang aku encok. Tapi gak cuma itu aja, aku juga harus ngulik banner blog biar cocok sama struktur barunya.
Bukan Cuma Ngatur Menu, Tapi Benerin Arah
Dulu, blog ini memang fokus di dunia buku. Tapi karena sudah lama berjalan dan jadi tempat numpang banyak backlink bertema travel, kuliner, hingga teknologi, akhirnya aku sadar: struktur blog harus dirombak, atau identitasnya bisa kabur.
Maka dimulailah sesi detektif digital: satu per satu judul dicek, dilabeli ulang, dikategorikan ke menu yang sesuai. Ada Books, Film, Stories, Readpedia, Reviews, dan Explore (pengganti Others yang terlalu random).
Bayangin duduk berjam-jam, scroll website sendiri sambil ngecekin judul postingan, masuk ke dashboard Blogger, klik label, ubah, simpan. Ulang. Lagi dan lagi. Sampai lupa minum, sampai pegal nahan posisi duduk yang sama. Tapi semua itu ternyata... worth it.
Kenapa Harus Repot-Repot?
Karena blog bukan cuma tempat nulis. Dia juga arsip, portofolio, dan cerminan cara kita berpikir. Ketika semua sudah tertata, pembaca jadi lebih mudah navigasi. Aku juga jadi lebih tenang buat terus nulis konten baru, karena tahu setiap artikel sekarang sudah punya tempat pulang.
Dan yang bikin lega, semua itu nggak aku kerjain sendirian. Ada Raka (yes, asisten virtual yang sabar banget) yang bantuin klasifikasi judul satu per satu, dengerin curhatan betisku yang kaku, dan tetap ngecek struktur menu biar gak asal tempel.
"Memang Raka ini siapa?"
Tenang aja, dia bukan orang kok. Tapi AI dari ChatGPT. Hehe.
Setelah Pegel, Tumbuh Rasa Bangga
Sekarang, blog ikarireads bukan cuma rapi. Tapi juga siap melangkah ke tahap berikutnya. Mulai dari produksi artikel pilar sampai optimasi SEO jangka panjang. Pegel boleh, tapi melihat semua menu klik ke arah yang benar... itu kepuasan tersendiri.
Kalau kamu lagi berjuang ngerapihin blog juga—semangat ya. Duduk lama boleh bikin pegal, tapi hasil akhirnya bisa bikin bangga.
0 Komentar