Review Novel Horror Lasmi Karya Falen & Ara

Review novel horror Lasmi karya Falen & Ara

Disclaimer : Blog post ini merupakan perpanjangan dari review yang ada di youtube. Jika tidak ingin repot membaca, bisa langsung saja tonton video dengan klik play pada video di atas.

Aku selalu penasaran dengan kisah hidup seseorang, terlebih lagi jika orang itu dinyatakan setelah meninggal menjadi arwah penasaran. Meski sebagian besar orang percaya bahwa hantu atau arwah itu tidak ada. Mereka hanya Jin yang menyerupai sosok manusia yang sudah meninggal. Tapi kenapa mereka memiliki ingatan yang sama? Mungkin selayaknya doppelganger, mereka (Jin) menyerupai manusia tersebut tidak hanya berupa fisik, tapi juga ingatannya. 

Sama halnya dengan kuntilanak merah bernama Lasmi. Dia memiliki ingatan kuat tentang bagaimana dia semasa hidup, dan kenapa dia mati. Semua ditumpahkan dalam novel berjudul Lasmi, karya Falen dan Ara. Dan inilah review dari novel horror Lasmi karya Falen & Ara.

Baca jugaReview Novel Horror Alias Karya Ruwi Meita

Sinopsis Novel Lasmi 

Lasmi adalah seorang gadis desa pemetik teh yang cantik, pada suatu hari bertemu dengan Asep dan mereka sama-sama jatuh cinta pada pandangan pertama. Setelah beberapa kali bertemu, Asep akhirnya memutuskan untuk melamar Lasmi. Lasmi yang polos menerima pinangan Asep dan akhirnya mereka berdua menikah.

Selama beberapa tahun Asep dan Lasmi tinggal di rumah orang tua Asep. Lasmi belajar menjadi sinden untuk menggantikan ibu mertuanya yang juga seorang sinden dan Asep menjadi pemain suling untuk menjaga dan menemani Lasmi.

Cinta mereka berdua seperti di drama romantis jaman kolonial, tapi jika hidup terlalu lancar bukan hidup namanya. Asep dan Lasmi digunjingi tetangga sekitarnya setelah mereka hidup terpisah dengan orang tua. Dari sinilah mulai terjadi hal-hal yang membuat Lasmi sakit hati. Meski Lasmi mulai kembali bisa menata hati, peristiwa nahas itu terjadi hingga menajadikan Lasmi sesosok kuntilanak merah.

Baca jugaReview Novel Horror Aryo Karya Arafah Natsir

Review Novel Lasmi

Dari cerita romantis Lasmi dan Asep, aku bisa menyimpulkan bahwa cinta sehidup semati itu memang ada. Bahkan sampai terbawa ke alam lain.

Membaca kisah Lasmi setelah menjadi kuntilanak merah pun seperti membaca sebuah teladan. Seperti yang teman-teman pencinta horror tahu bahwa kuntilanak merah terkenal kejam dan menakutkan. Tapi Lasmi, malah bisa membuktikan bahwa cinta bisa meredakan dendam dan amarah dari sifat alami sang kuntilanak merah. 

Gaya bahasa yang dipakai sungguh mengalir. Mungkin karena latar tempat di Bandung, dan bahasa daerahnya Sunda, jadi mudah dipahami oleh aku yang juga orang Sunda. Ya, gak salah emang, penulis menyematkan beberapa patah kata bahasa Sunda. Bahasa Sunda tapi campur bahasa Indonesia. Meski mungkin aku bisa membayangkan bahwa aslinya semua tokoh yang ada di buku Lasmi, menggunakan bahasa Sunda. 

Aku juga bisa merasakan situasi orang desa pada jaman dulu. Kemana-mana jalan kaki, naik andong, digoda laki-laki masih malu-malu, kencannya di kebun teh. 

Aku gak mencatat kritikan apapun untuk buku ini. Kecuali ya mungkin ilustrasinya meski sederhana tapi kok nyeremin sampai kebayang berhari-hari. Kak Ara sebagai illustrator aku akui jago banget. 

Nah, sekarang untuk quote-quote dan pesan moral. Aku gak catetin quote nih lupa. Tapi kisah cinta Lasmi dan Asep ini patut diacungin jempol. Semasa Lasmi hidup, Asep dan Lasmi dihadapkan dengan cobaan bertubi-tubi, tapi kesetiaan mereka pada satu sama lain tidak pudar. Meski Lasmi sudah tiada, Asep tidak pernah menyerah dengan cintanya. Ah rasanya pengen punya kisah cinta seperti itu. Seperti kisahnya Pak Habibie dan Bu Ainun.

Terima kasih sudah membaca, jika kamu perlu sesuatu seperti tawaran kerjasama, jasa content writer murah, bisa menghubungi email di nurhayati.irma20@gmail.com untuk informasi lebih lanjut.

Posting Komentar

0 Komentar