Review Novel Dona-Dona - Funiculi Funicula #3

review novel dona-dona - funiculi funicula 3

Halo Teman Buku semuanya, kali ini aku akan membahas buku novel Dona-Dona yang merupakan kelanjutan dari buku kedua Funiculi Funicula.

Bagi yang belum tahu, Funiculi Funicula ini bercerita tentang apa, novel ini bercerita tentang sebuah kafe yang berada di gang Tokyo. Cafe ini konon katanya bisa membawa orang ke masa lalu.

Buku ini sudah terbit menjadi 3 series, pertama Funiculi Funicula 1 lalu Funiculi Funicula 2 dan terakhir Dona-Dona. Kebetulan yang akan aku bahas kali ini adalah Dona-Dona.

Tapi sebelum kita ke sinopsisnya, aku mau mengajak kamu untuk sedikit flashback ke Funiculi Funicula 1 dan 2.

Kisah Sebelumnya Di Funiculi Funicula 1 dan 2

Kalau kalian udah baca kedua buku pertamanya, kalian pasti akan mengajukan pertanyaan yang sama kayak aku, yaitu "Siapa sih wanita bergaun putih yang disebutkan di buku ke-1?".

Ternyata jawaban untuk pertanyaan ini ada di buku keduanya, Funiculi Funicula 2. Mulai dari siapa sosok wanita berbaju putih, hingga kisah dibalik kenapa dia bisa jadi hantu di cafe itu.

Lanjut ke buku yang kedua, di buku kedua ini, penulis, Toshikazu Kawaguchi, membuat novel ini ditutup dengan lagi-lagi rasa penasaran para pembaca. Ada 2 hal yang bikin aku penasaran, pertama, kenapa Nagare bisa ada di Hokaido dan yang kedua bagaimana kehidupan Kazu selanjutnya?

Kalau kalian masih inget nih, Kei, istrinya Nagare kan pergi ke masa depan buat nemuin anaknya, tapi, si Nagare malah ada di Hokkaido. Nah itu!

Kalau soal kazu, di sini aku agak lupa-lupa inget, kalau gak salah Kazu itu punya pacar, terus dia hamil. Jadi buat sementara gak ada yang bisa nyeduh kopi buat kembali ke masa lalu. Nah, cuma berhenti disitu ceritanya.

Dan buat tahu semua jawaban dari hal-hal yang bikin penasaran tadi, jawabannya ada di buku Dona-Dona

Sinopsis Novel Dona-Dona

Nah, akhirnya bahas si Dona-dona nih, masih fresh ini, baru banget selesai baca. Sama kayak aku, kalian juga pasti penasaran, Dona - Dona ini itu apa, apakah funiculi funicula berganti nama menjadi Dona-Dona setelah Kazu tidak bisa menuangkan kopi? Atau seperti apa? Langsung aja deh, Ini dia sinopsisnya.

Dona-dona adalah sebuah kafe di Hakodate, Hokkaido. Dona-dona punya layanan istimewa serupa dengan funiculi funicula, yaitu membawa orang pergi ke masa lalu melalui kursi khusus. 

Dengan persyaratan yang sama, kamu yang ingin pergi ke masa lalu, harus menghabiskan kopinya sebelum dingin, dan kopi ini hanya bisa berfungsi kalau dituangkan oleh perempuan di keluarga Tokita.

Mereka yang pergi melintasi waktu adalah anak yang dendam pada orang tuanya karena ditinggal meninggal, ada komedian yang ingin bertemu istrinya yang sudah meninggal, ada adik yang khawatir kondisi kakaknya setelah ia meninggal, dan ada laki-laki yang ingin menemui sahabatnya dan menyatakan cinta.

Review Novel Dona-Dona

Dari sinopsisnya aja kita sudah bisa menebak kalau Dona-Dona adalah kafe sejenis funiculi funicula, 

“Jadi, kafe funiculi funicula ada 2 apa pindah?” 

Kalau kita sambungin ke Nagare yang ada di Hokkaido, gimana menurut kalian? 

Terus, siapa yang nuangin kopi di Dona-Dona ya? Apakah Kazu? Tapi kan Kazu udah gak bisa nuangin kopi karena hamil. Terus? Dona-dona itu kafe baru buka apa gimana? 

Pertanyaan-pertanyaan itu yang bikin aku semangat buat baca novel ini, meskipun ya orang-orang yang melintasi waktu di kafe itu ya orang-orang baru, bukan lagi orang-orang yang disebutin penulis di novel ke 1 dan ke 2. 

Jadi setelah aku baca, aku menemukan beberapa perbedaan di novel kali ini

  1. Kafenya berbeda dan ada di kota berbeda
  2. Meski ceritanya sama-sama haru, semua cerita melintasi waktu diakibatkan karena ada orang yang meninggal
  3. Meski kenyataan tidak berubah, tapi perasaan bisa berubah.

Ada orang yang benci jadi kagum, ada orang yang putus asa jadi semangat lagi, ada juga orang yang tidak berani jadi berani. 

Funiculi funicula terkenal karena kisahnya yang unik, kafe bisa melintasi waktu, tapi banyak peraturan ribet yang harus dituruti.

Terutama tentang waktu, mereka yang melintasi waktu hanya punya waktu sampai kopinya jadi dingin. Kalau dihitung-hitung, kurang lebih sekitar 15 menitan dari kopi panas hingga ke kopi yang benar-benar dingin. 

Kisah yang dibawakan juga penuh haru dan banyak makna filosofis di dalamnya. Mulai dari buku pertama hingga buku ketiga. Sayangnya, terkadang aku kurang bisa menuangkan makna filosofis ini ke dalam kata-kata, jadi harus kamu sendiri yang baca novel ini dan meresapinya.

“Terus bisa gak sih kalau bacanya ngacak?” 

Sebenarnya bisa aja, tapi mungkin kalian bakal bingung soal back story masing-masing tokoh. Soalnya, ceritanya emang nyambung dari buku 1 ke buku 2 lalu ke buku 3. 

Kamu bisa baca review buku sebelumnya di sini:




Posting Komentar

0 Komentar